Friday, April 4, 2008

Hegemoni Barat Terhadap Dunia Islam




Oleh : M. Ihsanuddin
Semakin maju budaya dan peradaban suatu bangsa, maka bangsa tersebut akan menjadi panutan dan penguasa dunia। Itulah realitas perkembangan dunia global sekarang ini। Diakui atau tidak, dalam perkembangan negara-negara di dunia sekarang, telah terpolarisasi sesuai dengan tingkat kemajuan teknologi, kemakmuran bangsa dan peradabannya। Namun demikian, yang tidak kalah pentingnya adanya skenario dan sutradara global yang ingin mengatur semua bangsa dan negara tunduk dan patuh terhadap ideologi gobal, tren kapitalisme sekuler dan liberalisme। Negara-negara yang kecil dan berkembang, kebanyakan hanya mengikuti trend global dan kebijakan-kebijakan negara-negara kaya & penguasa।
Memang tidak bisa dipungkiri, kemajuan peradaban dan teknologi dimiliki oleh negara-negara maju. Kebanyakan mereka adalah negara-negara barat yang notabene yahudi, nasrani dan ateis. Mayoritas mereka juga sebagai pemegang kendali kebijakan-kebijakan PBB. Disadari maupun tidak, negara-negara miskin dan berkembang, yang mayoritas negara muslim secara tidak langsung telah terperangkap konspirasi global di bawah tekanan mereka. Ini terbukti dari realitas ideologi maupun sistem, baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya. yang kesemuanya itu telah mengalami transformasi dan akulturasi hingga dianut dan diaplikasikannya dalam setiap negara-negara muslim khususnya.
Dari sini terjadilah suatu hegemoni barat terhadap dunia Islam. Pada hakekatnya masing-masing memiliki ideologi dan identitas yang harus dibela dan dipertahankan. Akan tetapi dengan melihat historis peradaban dunia, terjadi persaingan antar budaya dan peradaban satu dengan lainnya untuk mencapai kemodernan. Hingga saat sekarang ini belum ada penyatuan peradaban dunia, hanya saja terjadi akulturasi dan transformasi diselingi dengan clash yang selalu memicu timbulnya konflik dan semakin menambah cengkeraman wajah neo kolonialisme di negara-negara muslim. Dengan demikian, teori yang telah dikemukakan oleh Samuel P. Huntington dalam bukunya "Clash of Civilization" sesuai dengan konteks historis peradaban dunia. Ini berdampak pada gagalnya teori Fukuyama "the end of History" penyatuan ideologi dengan segala aspeknya. Namun, pengaruh hegemoni barat terhadap dunia Islam, kian terasa dan nampak terutama dalam konteks kehidupan masyarakat muslim yang bersifat inferior terhadap segala produk barat. Mulai dari sistem pola pikir, sistem dan konsep ilmu pengetahuan, sistem politik, pendidikan, budaya, teknologi, ekonomi, dan sosial. Sikap superioritas negara maju telah mewarnai dan mengelabuinya.
Berbagai macam fenomena telah membuktikannya, tahta peradaban dan dunia Islam sebagai rival sekaligus obyek arogansi dan kebiadaban negara-negara penguasa. Diantara fenomena-fenomena yang telah dialami oleh umat Islam, mulai dari Perang Melawan Terorisme sejak 9/11 tahun 2001, invasi AS ke Afghanistan tahun 2002, invasi AS ke Irak tahun 2003, termasuk kasus kartun Nabi di koran Jylland Posten Denmark, dan pidato Paus Benedictus XVI di Jerman yang menghina Nabi Muhamad, adalah babak baru dalam benturan Islam dan Barat.
Juga muncul fenomena terbaru akhir-akhir ini dengan dikeluarkan resolusi Embargo PBB terhadap Iran berkenaan dengan kepemilikan energi nuklir. Padahal energi nuklir Iran tidak difungsikan sebagai senjata pemusnah masal yang mengancam perdamaian dunia. IAEA (International Atomic Energy Agency) juga tidak menemukan dan membuktikan penyimpangan dengan penggunaan energi nuklirnya. Maka Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad sangat menyayangkan kebijakan PBB yang arogan tersebut. Malah dengan kebijakan seperti itu, menurunkan kredibilitasnya, dan terkesan memihak salah satu kelompok negara adikuasa. Ahmadinejad juga mengatakan tidak adanya keadilan dalam diri PBB, terbukti pembantaian muslim Palestina oleh Israel malah dilegalkan, tidak ada kebijakan ataupun sangsi terhadap negara Yahudi Israel tersebut. Di lain pihak, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Siti Fadilah Supari, merasa dilecehkan dengan birokrasi WHO. Ia menentang keras mekanisme yang dikembangkan WHO yang selama ini menindas negara-negara dunia ketiga. Mekanisme itu mengharuskan setiap negara mengirimkan virusnya ke WHO dengan tanpa mengetahui apa yang akan diperbuat dengan virus-virus itu. Belakangan terbongkar bahwa virus itu ternyata dijual kepada perusahaan-perusahaan vaksin di negara maju. Negara pengirim tak dapat kompensasi apa-apa bahkan harus membeli vaksin dengan harga yang sangat mahal. Ia merasa melihat adanya ketidakadilan yang ditunjukkan oleh lembaga besar kesehatan itu. Akhirnya ia menulis buku berjudul "*Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung*". Ia menyebut salah satu produsen vaksin terbesar ternyata milik Donald Rumsfeld (arsitek perang Irak). Dengan keberaniannya dan kevokalannya, serta upayanya menulis buku, bisa menggetarkan dunia, hingga ia dikatakan tidak kooperatif oleh anggota kongres AS. Dari fenomena itu ia menyadari dan mengajak perlunya umat Islam bersatu untuk melawan hegemoni asing. Selain itu, di Belanda muncul film yang melecehkan Islam dan Al-Quran, yang dirilis oleh politikus Partai Kebebasan Geert Wilders. Ini menambah deretan tanda pelecehan dan hegemoni Barat terhadap Islam. Film yang berjudul Fitna itu menggambarkan kitab suci Al-Quran sebagai kitab fasis dan Islam merupakan musuh kebebasan. Adapun respon masyarakat Belanda dari berbagai ras dan agama menentang film tersebut. Mereka menuntut dihentikannya fitnah terhadap Islam. Dari paparan diatas, perlunya negara-negara muslim berbenah diri, instropeksi terhadap eksistensi bangsanya, membangun kekuatan super power untuk melawan arogansi dan imperialisme negara-negara adikuasa. Pada hakekatnya, Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang anggotanya negara-negara muslim merupakan sebuah sarana yang paling strategis dalam menyatukan umat Islam hingga terbentuk sebuah benteng pertahanan umat Islam, sebagaimana yang telah diungkapkan Presiden Iran Ahmadinejad. OKI diharapkan menjadi corong seruan dunia Islam dan bangsa-bangsa tertindas untuk menuntut keadilan serta pembela nilai-nilai Islam. Juga diharapkan mampu memainkan peranan penting dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai macam krisis yang dialami oleh dunia Islam.
Ternyata ide dan gagasan tersebut sulit untuk diaplikasikan, terkait dengan politik hegemoni AS dan negara-negara Barat. Merekalah yang membentuk sistem sekaligus pemegang kendalinya. Walaupun Barak Obama menjadi Presiden AS, belum tentu dia bisa membuat kebijakan-kebijakan baru yang menguntungkan umat Islam, karena dibaliknya terdapat sebuah sistem global, yang dikuasai oleh para kaum kapitalis liberal Yahudi. Disamping itu, lemahnya bargaining position negara-negara muslim terhadap negara-negara adikuasa sehingga terkesan bersikap inferior. Juga belum adanya political will bagi negara-negara muslim, terkait dengan eksistensi mayoritas negara muslim cenderung menjadi anak manis AS dan sekutunya. Meskipun demikian, OKI tetap diharapkan menjadi salah satu solusi alternatif sebagai pemersatu negara-negara Muslim, untuk memerankan fungsinya, mereduksi hegemoni barat, mengishlah citra Islam demi kemajuan dan kemaslahatan umat Islam. Wallahua'lam bish-showab

No comments: